Minggu, 07 Juni 2009

MENCURI MANGGA DAN JAMBU

Masa kanak-kanak akan mengalami phase berburu. Dan itu aku alami, tetapi yang kulakukan adalah mencuri. Itu terjadi ketika aku, Pipih (sepupuku putra Wak Iya), dan Ujang Mang Emod sedang bermain bertiga dekat pohon mangga Uwa Ukar, sebelah rumahku. Tiba-tiba mataku tertuju pada buah mangga golek yang menggantung berwarna kuning. Kebetulan Uwak Ukar dan keluarganya sedang tidak ada dirumah. Akhirnya bertiga berembug untuk melakukan aksi panjat, dan yang terpilih untuk melakukan pemanjatan adalah Pipih, sedang aku berdua berjaga-jaga dibawah. Setelah mangga dipetik lalu bertiga pergi ke sawah kaler untuk memakannya. Setibanya di sawah, kami berdiri di galengan diantara padi yang menguning, tiba-tiba ada perasaan bimbang dan takut dosa, sebab ketika kutanya Pipih dan Ujang jadi tidaknya makan mangga, dua-duanya menggelengkan kepala. Hening sejenak. Akhirnya dicapai kesepakatan, mangga golek yang ranum itu kami lempar ke tengah sawah. Kami bertiga pulang tanpa mencicipi manisnya mangga hasil curian.

Di lain hari, aku mendapat informasi dari Wawan (Adikku) bahwa pohon jambu batu milik Aoh Ninong dekat balong abu dipinggir sawah sedang berbuah, dan berangkatlah kami berdua untuk melakukan pemetikan liar. Ketika tiba di lokasi, sebelum memanjat, aku lirik kiri dan kanan, dan ketika ancang-ancang untuk memanjat, kami kaget, karena ada sepasang kelom (bakiak) dibawah pohon, spontan mataku melihat keatas dan…selanjutnya …..uuiiyyyy nampaklah seorang laki-laki sedang melotot dan mengacungkan jari telunjuknya lalu menghardik, “Hey..mau apa kalian!!!!”. Kami berdua lari terbirit-birit. Ternyata laki-laki itu Kang Entar, teman A Acep, kakaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar