Minggu, 07 Juni 2009

BERMAIN PERANG-PERANGAN

Sebagaimana halnya anak-anak, bermain adalah kesukaanku mulai dari kucing-kucingan (Ucing Kompeni), gatrik, ngadu gambar, ngadu kaleci (klereng), cangkang rokok, ngadu muncang (kemiri), main pedang, ucing beling, ucing bancakan, susulumputan, perepet jengkol jajahean, loncat tinggi, dan lain-lain. Yang kusukai adalah perang-perangan ala tentara, yaitu main tembak-tembakan. Untuk berkomunikasi antar tentara, aku dan teman-teman pura-pura menggunakan bahasa asing, walaupun yang bunyi cuma “was wes wos”. Lokasi untuk main perang-perangan adalah di sawah kaler (sekarang Ujungberung Indah).

Masih kuingat untuk main sebagai tentara, aku harus memakai nama yang dipasang di dada, tapi aku lupa memakai nama siapa, yang kuingat Ade (kakakku) memakai nama Kaelani, mengapa nama itu? Akupun tidak tahu alasannya. Yang paling asyik adalah main pedang-pedangan, pedang dibuat dari kayu pohon lalampuan (bunga sepatu) yang diambil dibawah kebun bambu dekat kolam Mang Jarat atau mencuri dibalong Mawar milik Den Wardi. Aturan main pedang adalah masing-masing lawan harus seimbang atau sebaya, dinyatakan kalah jika kaki kena sentuhan pedang lawan. Aku masih ingat, Jika sedang asyik bermain pedang bersama teman sebaya, suka dikacaukan dengan munculnya Jang Aga putra Mang Onong, karena dia bukan sebayaku. Kalau sudah begitu biasanya permainan bubar. Jenis permainan lainnya adalah ngadu jangkrik, untuk mendapatkan jangkrik aduan aku dan teman-teman mencarinya ke Pasir Jati dan Baru Malati, sebuah daerah perbukitan di lereng gunung Palasari. Aku tidak begitu mahir dalam mencari jangkrik, paling sering aku mendapatkan jangkrik bikang (betina) dan jangkrik walanda atau cihcir (jangkrik kecil), sedangkan jangkrik kalung (jantan) hanya dapat 1-2 ekor saja. Yang paling pintar mencari jangkrik adalah Pipih dan Oman (Sepupuku putra Uwak Iya), kadang-kadang aku dikasih. Sebetulnya di sekolahan juga ada yang jual, tapi sayang harganya cukup mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar